Akhir tahun 2017 lalu, ternyata perbankan tak fokus menyalurkan kredit ke segmen properti. Terutama kredit properti untuk sektor real estate. Akibatnya, kredit untuk real estate hanya tumbuh satu digit.
Data uang beredar Bank Indonesia (BI) menyebutkan, kredit real estate hanya tumbuh 8,7 persen atau menjadi Rp135,7 triliun per November 2017. Sedangkan, kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit pemilikan apartemen (KPA) tumbuh 11 persen, dan kredit konstruksi tumbuh 20,9 persen.
Direktur Bisnis Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Handayani mengatakan, pada akhir tahun, konsentrasi kredit perbankan bukan di sektor properti. Oleh karena itu, salah satu sektor properti seperti real estate tumbuh lambat.
“Ke depan, perbankan cenderung wait and see untuk segmen kredit ini. Jika, ekonomi baik dan kuat maka akan mendorong bisnis properti. Produk domestik bruto (PDB) yang meningkat akan mendorong kredit di sektor real estate,” kata Handayani, Selasa (02/01).
Kredit real estate yang menjadi bagian kredit properti akan menjadi penopang kredit konsumer BRI. Bank berplat merah ini menargetkan kredit konsumer akan tumbuh sekitar 20-23 persen pada tahun 2018 ini. "Potensi kredit akan di payroll dan juga KPR," kata Handayani.
Direktur PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Mahelan Prabantarikso mengakui, kredit real estate yang lambat karena daya beli yang tersendat. Selain itu, alternatif pilihan berinvestasi membuat masyarakat menahan diri untuk membeli properti.
Saat ini, kredit real estate memiliki porsi 10 persen terhadap total kredit properti BTN. Tahun 2018, kredit properti akan naik seiring potensi peningkatan PDB dan rencana relaksasi aturan kredit perumahan oleh Bank Indonesia (BI).
Secara keseluruhan, bank berkode saham BBTN ini menargetkan kredit akan tumbuh 20 persen pada tahun 2018. Segmen KPR untuk subsidi maupun non subsidi masih menjadi pendorong pertumbuhan kredit BTN.
© Copyright 2024, All Rights Reserved